Kisah Ke-27
LEMBARAN BARU
#TantanganMenulisDariLagu
#SahabatKabolMenulis
#SeriKisahDenia
#Surti-Tejo,
Jamrud
Satu pekan
bedrest, Alhamdulillah Denia sudah bisa beraktifitas. Kini dua pecan lagi penantian lahirnya adik Albiruni. Pendarahannya ringan saja, tapi sudah cukup
membuat Bagas mendengar sarannya untuk istikharah syariat yang Denia tawarkan.
Denia hadir
kembali dengan cerita serunya, email yang seringkali aku tunggu-tunggu. Kali ini liku-liku mualaf yang mengucapkan
syahadahnya dengan bimbingan Mas Hanif.
Helma dan Derry
menjadi tetangga Denia di IKWK. Tentu
mereka berada di kamar yang berbeda.
Untuk bujang IKWK menyediakan pavilion di kanan kiri rumah sewa utama
yang di tempati Denia.
“Denia hat
sich anscheinend von der Bettstütze erholt?” tanya Helma saat Denia menyapu
teras rumah.
“Alhamdulillah, Dank
Helmas Gebet geht es mir gut. Ab ins Büro, Helma?” Denia membalas sapaan itu dengan senyum
ramah.
Sejak menjadi
mualaf dan mengikuti kajian rutin dan IKWK, Helma membatasi pergaulannya dengan
Derry. Berangkat kerja pun mereka tidak
bersama-sama lagi. Penampilan Helma
menjadi makin cantik dengan balutan jilbab yang Denia hadiahkan. Jilbab praktis khas Indonesia.
Sesekali Helma
mengunjungi Denia untuk bincang-bincang ringan di ruang tengah. Atau Denia membagikan makanan halal yang
dimasaknya ke dua tetangga terdekat itu.
Sepulang kantor bingkisan untuk Biru atau makanan dari restaurant halal
dihadiahkan Helma dan Derry buat keluarga Denia. Sebuah persaudaraan yang indah.
Suatu akhir
pekan, Sabtu yang mulai gigil di akhir musim panas, mendekati musim gugur. Akhir Oktober di Jerman sering mendapatkan
julukan Golden Oktober. Sebutan ini
terkait dengan perubahan warna daun menjadi kuning keemasan. Pohon yang awalnya berdaun merah atau hijau
akan berubah penampilannya. Aku masih
ingat saat Golden Oktober jamur juga banyak yang bermekaran. Sebenarnya ada yang bisa dimakan juga
jamur-jamur itu namun orang-orang di sana biasa membiarkannya.
Siang yang
hangat hingga 25 derajat Celcius dan malam hari yang tiba-tiba dingin di bawah
15 derajat. Malam hari lepas Isya, Denia
dan Bagas menghabiskan weekend di rumah.
Sementara Biru sudah tidur pulas karena cuaca dingin.
Di ruang
tengah, Denia sedang membuat hiasan rajutan yang menjadi kesibukan
barunya. Banyak pesanan di IKWK.
“Cuaca dingin
begini enaknya makan apa ya Denia?
“Yang
panas-panas, Mas. Aku masih ada
persediaan mie instan di kulkas.”
“Boleh juga,
tuh. Tapi kamu lagi sibuk biar aku aja,
ya?“
Bagas yang
romantis menyandarkan kepala di pundak Denia.
Telinganya merayap ke arah perut yang makin membesar. Ia sangat menikmati tendangan lembut buah
hati di kandungan Denia.
“Semoga kalau
anak kita perempuan bisa secantik dan sesalehah ibunya.”
“Kalau,
laki-laki, bisa seganteng dan bertanggung jawab seperti Mas Bagas. Tapi tambah satu lagi doa boleh, Mas?”
“Apa itu,
Denia?”
“Semoga dia
bisa membangun rumah tangga poligami.”
“Kamu nyindir,
ya?”
“Mas Bagas
masih punya janji sama Denia. Katanya
mau istikharah untuk ngasih jawaban ke Mbak Hasna?”
“Aku udah istikharah
tapi belum juga dapat mimpi, gimana, dong?”
“Istikharah
tidak hanya terjawab lewat mimpi, Mas.
Kemantapan hati itu yang paling penting.
Aku yakin Mas Bagas bakal mampu menjadi pemimpin buat istri-istri Mas. O’ya, sebentar ya, aku buatkan mie special
buat kita.” Denia mengalihkan
perbincangan, khawatir membebani pikiran Bagas.
Seperti yang
selalu aku pesankan buat Denia tiap kali membuat mie instan. Masaknya harus sempurna, ditambah sayuran
sebagai anti oksidan, cabai rawit secukupnya sebagai sumber vitamin c dan
telur, daging, baso atau sosis untuk menambah gizi.
Aroma khas mie
instan produksi Indonesia menyebarkan aroma nikmat ke mana-mana. Mereka menjadi rindu tanah air. Saat mereka hendak menikmati hidangan itu,
dari arah luar terdengar ketukan pintu.
“Assalamu’alaikum,
Denia, darf ich eintreten?” Helma
mengenakan jas coklat tebal untuk melawan cuaca dingin dan hijab warna abu.
"Natürlich
bist du mein guter Nachbar, lass uns mitmachen, es gibt spezielle Gerichte, die
dir gefallen werden." =Tentu saja tetanggaku yang baik, ayo kita
bergabung di ruang tengah. Ada hidangan
istimewa yang pasti kamu akan suka.”
Denia langsung
mengajak Helma ke dapur, maksudnya supaya Helma tidak berduaan dengan Bagas di
ruang tengah. Sedikit banyak Helma sudah
tahu cara membatasi diri dalam bergaul dengan lawan jenis.
Tak berapa lama
setelah Helma masuk rumah, Derry mengucap salam. Akhirnya mereka bergabung dalam diskusi malam
Ahad yang mengasikkan ditemani mie goreng Aceh yang baru pertama kali mereka nikmati.
“Derry, Helma,
menurutku akan sangat lebih baik bila kalian segera menikah.” Bagas mengemukakan hal yang sifatnya
pribadi. Untuk ukuran orang Jerman tabu
masalah pribadi disinggung oleh orang
lain. Akan tetapi persaudaraan dalam
iman telah membuat mereka begitu dekat.
“Wir zögern
nicht, aber Derrys Familie kann unsere Migration nicht akzeptieren. Wenn meine
Familie kein Problem hat.” Helma
menjelaskan persoalan yang mereka hadapi.
“Aku ingin kami
bisa hidup tenang setelah berkeluarga nanti tanpa hujatan dari keluarga. Aku kasihan sama Helma kalau setelah menikah
justru mendapat masalah dan ketidak nyamanan.”
Derry menambahkan
Perbincangan
mereka terputus dengan ketukan keras pintu pavilion yang ditempati Helma.
“Helma, irgendjemand
zuhause?” Denia mengintip dari balik
tirai rumah.
“Ada yang
mencari kamu Helma. Orangnya tinggi
besar, dia naik mobil Peugeot warna abu metalik.”
“Biarkan saja
Denia, dia kekasihku sebelum Derry. Aku
tidak mau menemui dia lagi. Begitu dia
tahu aku tidak pernah jalan sama Derry.
Dia berusaha mendekatiku.” Helma
tampak ketakutan untuk menemui pria yang terlihat perlente dan mapan itu.
“Kelihatannya
dia pemuda yang sopan Helma, mungkin bisa kita ajak dialog dengan baik.” Denia memberi saran.
“Aku trauma
Denia, terakhir aku ketemu dia, dia mengajakku bercinta lengkap dengan alat
pencegah kehamilan. Pergaulan bebas
dimana-mana sudah merusak tatanan masyarakat kami. Ich war entschlossen, unseren Lebensstil
mit dem Islam zu ändern.”
Suara
android Derry berdering tanda video call
wa dari seseorang masuk. Derry menerima
panggilan itu. Gambar seorang perempuan
tampak pada layar. Mereka terlibat
perbincangan serius dalam bahasa Jerman.
“Derry aku
senang kamu sudah selesai dengan Helma.
Aku pikir kita bisa kembali dan aku akan berusaha memperbaiki
kesalahanku.”
“Sebenarnya aku
masih menjalin komitmen dengan Helma.
Tapi selelah kami belajar Islam, kami hanya berusaha membatasi diri
saja. Sebentar lagi kami akan menikah. Maafkan aku, Sabrina.”
“Aku akan bisa
membahagiakan kamu lebih dari Helma, Derry.
Kata ibumu, kamu berubah gara-gara Helma. Aku akan menawarkan kebahagiaan buat
kamu. Aku akan membuatmu menjadi
seseorang yang sangat beruntung.” Dari
layar andoid itu, Sabrina menawarkan sebotol cairan aneh.
Derry sudah
tidak bisa bersabar lagi. Ternyata
cairan itu minuman perangsang sebelum berhubungan suami istri. Denia dan Bagas bergidik dengan ulah mereka
yang mengagungkan pergaulan bebas. Derry
dan Helma memutuskan untuk memblokir semua nomor yang sangat mengganggu
ketenangan mereka.
Sebelum mereka
mengenal islam, kehidupan penuh nafsu itu pernah mereka nikmati dalam
kesenangan palsu. Tidak pernah terbayang
sebelumnya bahwa mereka akan bertukar gaya hidup. Bahkan mereka pernah fobia dan benci Islam
sebagaimana umumnya orang barat.
Perkenalan
dengan IKWK telah menjadi perantaraan hijrah mereka. Sebuah pilihan hidup yang lebih baik yang
telah mampu mengubah cara pandang dan cara hidup dua insan di depan Denia.
Helma untuk
sementara merasa aman dengan menghindar dari bayang-bayang Erick, mantan
kekasihnya. Juga Derry menemukan jalan
keluar sementara dengan meblokir nomor Sabrina.
Wanita itu mendapat tugas dari mama Derry untuk menjauhkan Derry dari
Helma, Ajakan berbuat maksiat malam itu tertutup untuk sementara waktu.
Mereka
melanjutkan diskusi tentang penikahan dalam Islam.
“Islam sangat
menganjurkan umatnya untuk bersegera menikah bila itu bisa menyelamatkan
manusia dari perzinaan. Hukum nikah
tergantung situasi dan niatnya. Hukum asalnya jaiz, boleh. Berubah jadi wajib bila bertujuan
menyelamatkan manusia dari dosa zinah.
Haram bila niatnya salah misalnya ingin mendapat harta atau berpotensi
menyakiti pasangan. Misalnya salah satu
dari yang menikah tidak mampu memberi nafkah batin. Sunnah bila cukup syarat untuk menikah dan
ingin mengikuti contoh dari nabi.” Bagas
mengungkapkan hokum nikah.
“Wenn ja,
kann die Ehe von mir und Helma als obligatorisch eingestuft werden?”
“Benar. Karena kalian mendapat ajakan berzina dari
orang yang menganggap kalian masih sendiri, belum ada pasangan.” Denia menambahkan pendapatnya.
“Menikah di
Jerman sudah banyak ditinggalkan.
Kalaupun mereka mau menikah, resepsinya cukup membutuhkan banyak
biaya. Bagaimana dengan aturan
pernikahan dalam Islam?”
Bermula dari
pertanyaan septar pernikahan yang ingin diketahui Helma dan Derry, Bagas dan
Denia menjelaskan panjang lebar tentang nikah dalam Islam.
Rasulullah
menganjurkannya untuk dipermudah dan tidak boleh dipersulit. Cukup dengan menghadirkan dua mempelai, ada
mahar yang akan diserahkan pihak laki-laki pada pihak perempuan. Ada saksi minimal dua laki-laki, atau satu
laki-laki dan dua wanita, ada wali perempuan.
Bila wali perempuan sama sekali tidak ada atau bukan beragama Islam,
maka boleh diwalikan oleh wali hakim.
Orang yang dituakan atau terpandang dari segi ilmu. Tentang mahar pun seharusnya jangan ada yang
merasa diberatkan. Pesan Rasulullah,
sebaik baik wanita yang paling sedikit maharnya. Sementara laki-laki yang baik yang makin
besar memberi maharnya. Bahkan pernikahan
yang terbaik adalah yang paling sederhana.
Rasulullah atas dasar kasihnya tidak ingin memberatkan umatnya, termasuk
dalam pernikahan. Untuk memperbaiki
hubungan dengan orang tua, mereka harus
diberi tahu. Bagaimanapun juga
pernikahan adalah bagian penting dalam hidup anak yang ingin diketahui orang
tua..
“Kalau begitu
mudah sekali pernikahan itu, ya?” ungkap
Helma tentang pernikahan dalam Islam.
“Mungkin untuk
Helma tidak akan banyak kendala karena orang tuanya moderat. Bagaimana dengan orang tuaku?” Derry bertanya cemas, ”Sedangkan kerabatku
saja ada yang masih jadi aktivis PEGIDA.
Aku yakin, mereka tidak akan mengizinkanku menikahi Helma,” lanjutnya.
“Dalam Islam,
kewajiban kita sebagai anak di atur dalam Alquran. Sejahat dan seburuk apapun orang tua kita,
kita tetap harus menghormatinya.
Meskipun dia seorang pendosa sekalipun.
Mengatakan ‘ah’ saja tidak boleh apa lagi melawan.”
“Kalau kita
bertentangan dalam hal keyakinan, bukankah itu artinya kita melawan?” tanya
Derry.
“Berbeda antara
melawan dengan berlawanan, menentang dengan bertentangan. Secara prinsip seseorang bisa berlawanan dan
bertentangan tapi secara sikap tidak seharusnya kita melawan dan
menentang. Selama orang tua kita tidak
menyuruh kita menentang Allah SWT maka tetap wajib berlemah lembut. Menolak kehendak orang tua juga tidah boleh
dengan cara kasar tapi dengan dialog dan kelembutan. Insyaallah sikap baik itu akan menjadi pintu
bagi mereka mengenal islam.” Kali ini
Bagas yang memberi masukan pada Derry bagaimana seharusnya bersikap dengan
orang tua.
“Kann IKWK
unsere Ehe einleiten? Apakah IKWK bisa memprakarsai pernikahan kami?” tanya Derry.
“Wir freuen
uns sehr über Ihre guten Pläne. Wir werden kommunizieren, um IKWK zu erhöhen.
Wenn Gott will, werden Aktivisten von IKWK Ihren Plan stark unterstützen.”
Jawaban Bagas menutup diskusi penting mereka berempat malam Ahad itu.
***
Aku
mengimprovisasi kisah Denia dalam email yang dikirimkannya padaku, sambil
mengirimkan balasan singkat.
“Bersyukurlah
Denia, menjadi perantaraan bertemunya dua insan yang saling cinta dan kasih
sayang karena Allah, besar keberkahannya.
Menyambungkan silaturahim, mengikat yang tadinya haram menjadi
halal. Sampaikan salamku pada Helma dan
Derry semoga bisa membangun rumah tangga sakinah, mawaddah, warrahmah.”
Balasan pendek
ini tak seimbang dengan cerita Denia yang seru dan penuh intrik. Maafkan aku Denia, aku sedang sibuk mengurus
perusahaan kita. Semoga usaha kita
lancar dan Allah jauhkan dari segala risiko kejahatan orang-orang yang kurang
amanah.
Glosarium:
1.
“Denia
hat sich anscheinend von der Bettstütze erholt= Denia, sudah sembuh dari
bedrest rupanya?”
2.
Dank
Helmas Gebet geht es mir gut. Ab ins Büro, Helma?
= Berkat doa Helma aku baik-baik saja.
Berangkat ke kantor, Helma?”
3.
Denia,
darf ich eintreten?= Denia, boleh
aku masuk?”
4.
"Natürlich
bist du mein guter Nachbar, lass uns mitmachen, es gibt spezielle Gerichte, die
dir gefallen werden." =Tentu saja tetanggaku yang baik, ayo kita
bergabung di ruang tengah. Ada hidangan
istimewa yang pasti kamu akan suka.”
5.
“Wir
zögern nicht, aber Derrys Familie kann unsere Migration nicht akzeptieren. Wenn
meine Familie kein Problem hat =Kami bukannya menunda-nunda, tapi keluarga
Derry belum bisa menerima hijrah kami.
Kalau keluargaku nggak ada masalah.”
6.
Helma, irgendjemand zuhause? = Helma, adakah seseorang di dalam
rumah?
7.
Ich
war entschlossen, unseren Lebensstil mit dem Islam zu ändern =Aku sudah bertekad mengubah gaya hidup kami dengan Islam.”
8.
“Wenn
ja, kann die Ehe von mir und Helma als obligatorisch eingestuft warden?”=”Kalau begitu, pernikahan aku dan Helma bisa dikatagorikan
wajib?”
9.
“Kann
IKWK unsere Ehe einleiten? =Apakah IKWK bisa memprakarsai pernikahan
kami?”
10.
“Wir
freuen uns sehr über Ihre guten Pläne. Wir werden kommunizieren, um IKWK zu
erhöhen. Wenn Gott will, werden Aktivisten von IKWK Ihren Plan stark
unterstützen” = “Kami sangat senang mendengar rencana baik kalian ini. Kami akan komunikasikan pada rais IKWK. Insyaallah para pegiat IKWK akan sangat
mendukung rencana kalian.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar