Senin, 19 November 2018

Kisah Ke-35 (Karena Cinta Mengubah Segalanya)


Kisah Ke-35
AKU MASIH MENUNGGU
#TantanganMenulisdariLagu
#SeriKisahDenia
#SahabatKabolMenulis
#Chrisyefeatarielpeterpan-Menunggumu

Hari ini aku yang baru saja berkeliling AUF GmbH.  Sebuah system hidup aku lihat begitu sempurna.  Ekonomi, pendidikan, seni, penerbitan ada dalam satu komunitas.  Meskipun hanya sebatas anggota keluarga dan beberapa muslim yang tinggal di Frankfurt, usaha AUF GmbH makin besar.  Aku lihat pelanggan AUF pun tidak  hanya muslim.  Muamalah yang terjalin baik membuat warga Frankfurt di sekitar AUF menjadi pelanggan mereka.  Alhamdulillah, Islam mengatur muamalah ini dengan cara terbaik.
Islamfobia tidak bergitu kurasakan dalam perjalan singkatku ini.  Aku bersyukur.  Data terakhir yang aku tanyakan pada pegiat AUF GmbH, muslim di Frankfurt ini mencapai lebih sepuluh persen dari jumlah penduduknya.  Dengan jumlah penduduk yang tak lebih dari tujuh ratus ribu jiwa, maka ada sekitar tujuh puluh lima ribu jiwa.
            Jamuan makan malam kembali menyapa kami.  Rasanya santapan tadi sore baru saja turun dari lambung. Ya, kebiasaan orang Jerman bila ada tamu, mereka akan menghidangkan semacam cake atau tart.  Kami minum teh manis bersama.  Mereka menghidangka dua jenis sajian.   Abendbrot (roti lengkap dengan daging grill, lapisan keju, telor dadar seukuran dengan rotinya).  Semuanya masih terpisah dan kami bisa menyusunnya sesuai selera.  Hidangan yang lain berupa makanan panas berkuah.  Semacam sup.  Aku memilih sup rasanya benar-benar yummy. 
            Nachdem Sie alle Zahnbürsten gegessen haben und nicht mehr essen, bis Sie schlafen.”  Ustaz Nizam mengarahkan seluruh anggota keluargannya.  Mereka semua mengikuti apa yang dikatakan sang ayah.  Kecuali yang menemani perbincangan kami malam ini.  Ustaz Nizam, istri-istrinya, pasangan anak dan menantu pertamanya.   Kami masih terlibat perbincangan serius ditemani makanan ringan khas Sunda.
            Unsere Familie aus Bandung hat das alles geschickt,” Ustazah Marissa mengekspresikan kesukaannya pada dodol cokelat produksi Garut itu.  Aku jadi tertarik dengan kelegitannya yang khas.  Indonesia memang kaya raya.
            Bagas mulai bertanya tentang keluarga Ustaz Nizam dalam bahasa Jerman yang baik meskipun logatnya masih bernuansa Jawa.
            Wenn es dir nichts ausmacht, kami ingin tahu awal mula komunitas ini di bangun.  Dan spirit apa yang mendasari pelaksanaannya?”  Perbincangan serius pun berawal dari sini.
            Es werden zwei menschliche Ziele geschaffen.  Menjadi abid, penyembah Allah SWT dan menjadi khalifah pengurus bumi ini.  Bergerak, berbuat dengan satu cita-cita, membumikan firman Allah dan petunjuk Rasulullah SAW.  Nah, untuk beribadah kita harus tahu syarat suatutindakan, apapun itu agar bernilai ibadah.  Yang pertama niatnya harus karena Allah, bukan karena yang lain.  Perkara yang dilakukan bukanlah hal yang dilarang agama.  Dalam melakukannya tidak melanggar syariat.  Selama melakukan hal tersebut tidak sampai meninggalkan ibadah wajib.  Yang terakhir hasil atau natijahnya adalah kebaikan.”
            “Berkaitan dengan poligami, bagaimana agar ianya menjadi suatu bentuk ibadah?”  tanya Denia penuh rasa ingin tahu.
            “Tentu sangat tergantung pada pelakunya.  Seperti kata Ustaz Nizam tadi niatkan karena Allah bukan karena nafsu.  Bisa juga karena ingin mengikuti sunnah Rasul-Nya. Ingin menjawab tuduhan buruk yang dilontarkan pada Rasulullah yang memiliki istri lebih dari satu.  Selanjutnya perkara itu bukan haram.  Poligami bukan hal yang haram bahkan ada contoh dari nabi makanya ia bernilai sunnah.  Yang ketiga, dalam pelaksanaannya tidak melibatkan perkara yang dilarang, misalnya dengan berbuat tidak adil.  Adil bukan berarti sama rata atau sama rasa tapi memberikan sesuai keperluan dan kebutuhannya.”  Kali ini Ustazah Sakinah yang menguraikan penjelasan ibadah terkait poligami.  Terasa benar kepahaman antara suami dan istri yang saling menguatkan.
            “Yang keempat, dengan berpoligami tidak membuat ibadah wajib lainnya tertinggal.  Seperti kecintaan antara suami dan istri membuat ibadah lain terlalaikan.  Semua harus seimbang.  Yang terakhir natijahnya harus positif dan baik.  Tidak boleh berakibat pada retaknya hubungan keluarga.  Tidak boleh mengakibatkan rasa sakit pada salah satu pihak.  Jadi semua harus berjalan dengan keridhoan terutama dari semua istri-istrinya,”  Ustazah Shofwana melengkapi penjelasannya dengan gamblang.  Sangat bisa kami pahami.
            Perbincangan berakhir hingga jam sepuluh malam.  Kami bersiwak kemudian berangkat tidur.  Tiba-tiba vedio call wa berdering.  Nomornya tidak aku kenal.
“Assalamu’alaikum, Bu Mutia?”  Suara Bu Kuncoro.  Aku kenal wajah di layar betul android itu, Ibu Kuncoro, yang selalu menemaniku di pesawat kemarin.  Logat Solonya kental.
“Waalaikum salam.  Ada apa ya, Bu?”
Kulo sampun wonten Poli-Avicena.  Keadaan Hasna benar-benar memprihatinkan.  Dia tidak bisa tidur dari semalam.  Hanya bergulingan di atas dipan.  Memegang perutnya yang terasa sakit.  Dokter sudah memberinya obat penenang tapi setelah satu jam, rasa sakitnya akan kambuh lagi.  Saya sangat khawatir keadaannya.”
Aku urung menuju ke kamar dan memanggil Denia juga Bagas, kembali ke ruang tamu.  Tuan rumah sudah menuju kamarnya masing-masing, sepi.
Bagas, Denia dan aku.  Menyimak kabar tentang Hasna. 
“Denia, tidak maukah kamu mengurangi penderitaan ini…...  Aku sudah……. ndak tahan…...”  Suara lirih terputus putus dari ruangan perawatan itu terdengan di androidku.
Bu Kuncoro mengarahkan kamera pada keponakannya.  Aku sama sekali tidak mengira kondisi Hasna separah ini.  Pucat dan kurus.  Sangat berbeda dari wajah yang kulihat di foto profil FB-nya.  Aku bisa turut merasakan sakit yang dirasakannya.
“Apa yang harus saya lakukan, Bu Mutia?  Sedangkan diagnose dokter tidak menunjukkan gejala apapun.  Pemeriksaan darah, urine dan USG tidak memberi indikasi apapun.”  Bu Kuncoro cemas.
“Sabar, Bu, insyaallah kami akan ke Avicena besok pagi.  Kami sedang berada di Frankfurt.  Lepas Subuh kami akan langsung ke IKWK..
“Denia, Bagas, biarkan penantian ini aku bawa menghadap Allah.  Asal aku tidak lagi menjadi pengganggu kebahagiaan kalian.  Bagas, tidak mungkin….kamu menikahiku tanpa cinta…..atau hanya sebatas rasa kasihan…..  Aku rela…. Aku ikhlas…..dengan penantian abadi ini……”  Terasa benar beratnya perkataan itu.  Di sela rasa sakitnya yang dalam.
Chat WA masuk dalam android-ku
“Maaf Bu Mutia, ini ada puisi yang Hasna tulis dua hari sebelum dirawat di Avicena.  Dia minta Bagas dan Denia membacanya.”
Sebuah foto berisi bait-bait puisi yang lara.  Aku membacanya untuk Bagas dan Denia

BIARKAN AKU TETAP MENUNGGU
Aku sendiri merasakan cinta
Mengalun indah bahasanya mengisi jiwa
Merindu kasih, kita bertiga, aku rela
Meski berawal dari raga yang memaksa
Pasrah diri pada nasib yang tersurat

Terasa begitu lama aku menunggu
Bersama puing-puing harapan yang makin pudar
Ternyata hanya  aku yang merasa
Cinta yang tak pernah terbalasi

Bila memang rindu dan cinta ini hanya milikku
Aku rela hanya menunggu
Penantian semu
Biar cinta ini berbicara dengan bahasanya
Bahwa cinta adalah sebentuk pengorbanan
Turut bahagia pada cinta
Yang  kalian rasakan, memasuki ruang angan

Aku akan terus menunggu
Karena rindu dan cinta ini hanya milikku
           
Punggung Denia terguncang. Ikut merasakan lara yang terlanjur dalam.  Hati perempuan bernama Hasna yang berbaring lemah tak berdaya.  Menunggu balasan cinta walaupun hanya terbalut sepatah kata yang kadang menyakitkan.  Kasihan.
Kulihat Bagas menutup muka dengan kedua telapak tangannya.  Menahan beban perasaan di hati kecilnya.  Entah apa?
***
Lepas qiyamullail dan salat Subuh hari berikutnya, kami berpamitan. Di sepanjang perjalanan diskusi serius menjadi mewarnai perbincangan kami.
“Bagas jadi kabita, rasanya seru kalau punya komunitas seperti Ustaz Nizam.” Batinku bersyukur. Bagas sudah mulai mendapat contoh yang mungkin mengikis traumanya pada keluarga poligami.
“Tapi butuh modal besar, Bagas.” Aku memancing sejauh mana ketertarikannya pada sistem hidup di AUF GmbH.
“Aku pikir bukan modal kuncinya, Kak. Tapi lebih
pada kemasnya ibadah dan zikir pengikat yang mereka amalkan. Aku berniat mengamalkannya juga.”
“Jadi, Mas Bagas sudah punya jawaban untuk Mbak Hasna?”
Bagas menatap Denia penuh makna. Diraihnya pundak Denia. Kecupan mesra di kening Denia Bagas hadiahkan penuh ketulusan. Meskipun tidak ada kata yang terucap aku cukup lega dengan tanda positif ini
Di luar mobil yang kami kendarai, daun kuning berguguran makin kerap. Seakan mereka berpacu dengan derap cita-cita Bagas dan Denia. Mewujudkan kehidupan yang dicontohkan Rasulullah dan ummat yang mengikutinya.

GLOSAIUM:
1. Nachdem Sie alle Zahnbürsten gegessen haben und nicht mehr essen, bis Sie schlafen= Setelah makan semua sikat gigi dan berhenti makan sampai  kalian 
2. Unsere Familie aus Bandung hat das alles geschickt=Keluarga kami dari Bandung yang mengirim semua 
3. Wenn es dir nichts ausmacht=Kalau tidak 
4. Es werden zwei menschliche Ziele geschaffen=Dua tujuan manusia 
5. Kulo sampun wonten Poli-Avicena=Saya sudah ada di Poli-Avicena 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

IMPIAN PENUH KENANGAN

IMPIAN PENUH KENANGAN  Oleh: Farel Kemenangan Tim Bulutangkis SMPN III di tingkat provinsi tahun lalu memberikan semangat yang tak perna...