BUDAYA LITERASI KARAKTER GENERASI EMAS
(KIAT MEMBUDAYAKAN LITERASI DI SEKOLAH)
Kerisauan
akan rendahnya minat baca terbaca ketika peserta didik dari Indonesia menempati
peringkat ke-57 di tahun 2009 pada even PISA (Programme
for International Student Assessment ). Bahkan di tahun-tahun selanjutnya peringkat
kita lebih buruk lagi , yaitu ke-64 di tahun
2012 dengan skor yang sama yaitu 396.
Skor ini tertinggal jauh dari skor
rata-rata 65 negara sebesar 493.
Rendahnya skor yang diperoleh peserta didik disebabkan
beberapa faktor terutama rendahnya daya baca dan secara otomatis menjadi
kendala bagi siswa dalam memahami dan mengidentifikasi masalah. Ketika kemampuan mengidentifikasi masalah
kurang, maka lebih sulit lagi untuk memecahkan permasalahan. Bagaimana mungkin kita mampu memecahkan
permasalahan sedangkan masalahnya apa kita tidak mengetahuinya.
Patut disyukuri bila pemerintah mencanangkan program GLS
(Gerakan Literasi Sekolah) dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 23 Tahun 2015 sebagai payung hukumnya . Kegiatan utama yang dicanangkan
pemerintah berupa pembiasan membaca 15 menit perhari sebelum kegiatan belajar
dimulai. Harapannya, peserta didik
memiliki minat baca yang tinggi, daya
serap terhadap informasi membaik, sehingga penguasaan terhadap ilmu pengetahuan
meningkat bahkan bisa teraplikasi pada tingkat teknis.
Berbagai daerah menanggapi program ini dengan reaksi dan
animo yang berbeda-beda. Khusus di Jawa
Barat, Gubernur langsung menggulirkan program WJLRC (West Java Leader Reading
Challenge) bekerjasama dengan Pemerintah Negara Bagian Adelaide Australia
Selatan. Beberapa sekolah diberi
kesempatan untuk menjadi perintis literasi, salah satunya SMP Nurul Amanah.
Berawal dari pelatihan guru perintis literasi yang
diselenggarakan pada bulan Juli di Hotel Agusta Garut, SMP Nurul Amanah
terjaring dalam angkatan ke-14.
Pelatihan dua hari Sabtu Minggu itu sangat efektif karena melibatkan
kepala sekolah sebagai decision maker
yang bertugas membuat rencana tindak lanjut.
Beberapa kiat membudayakan literasi di sekolah dari tahap
pembiasaan membaca, peningkatan kemampuan menulis, berkomunikasi bahkan hingga
aplikasi hasil baca dapat dilakukan dengan beberapa hal:
A.
SOSIALISASI KEGIATAN LITERASI SEKOLAH
Fungsi kegiatan sosialisasi
adalah untuk menyamakan persepsi tentang kegiatan literasi di sekolah, bahwa
kegiatan ini adalah kegiatan resmi yang didukung sekolah dan pemerintah. Penting untuk disosialisasikan bahwa kegiatan
ini memiliki tujuan mulia yaitu meningkatkan kualitas peserta didik dan lembaga
pendidikan khususnya dan pendidikan nasional umumnya.
Dalam kegiatan sosialisasi
ini keterlibatan dan kehadiran berbagai pihak pemangku kepentingan
(stakesholder) diperlukan. Pengurus yayasan (pada sekolah swasta), komite
sekolah, orang tua siswa, kepala sekolah, guru dan semua warga sekolah sebagai
pelaku pembudayaan literasi sekolah harus memahami benar pentingnya literasi
sekolah.
Gambar 1. Sosialisasi Kegiatan Literasi
Sekolah yang melibatkan berbagai pihak termasuk orang peserta didik (Salah satu
sesi kegiatan sosialisasi readathon/membaca senyap 42 menit bersama orang tua)
Manfaat
dari kegiatan sosialisasi terutama adalah menghindari benturan antar pemangku
kepentingan, karena kegiatan ini diketahui bahkan disepakati bersama. Dengan sosialisasi yang baik akan terjadi
sinergi antar warga sekolah untuk mewujudkan budaya literasi.
Sosialisasi
yang efektif dan menjangkau banyak pihak adalah dengan penyebaran brosur yang
berisi program kegiatan. Di dalamnya
dapat dicantumkan latar belakang, tujuan, jenis kegiatan, penjadwalan,
penanggung jawab bahkan hingga pada estimasi pembiayaan.
B. PENYEDIAAN
BAHAN BACAAN
Salah
satu kendala terbesar dalam membudayakan literasi adalah ketersediaan bahan
bacaan. Terdapat beberapa cara
menyediakan bahan bacaan dan mendekatkannya pada warga sekolah antara lain:
1. Bekerjasama dengan
perpustakaan sekolah untuk menyediakan bahan bacaan di kantor, di kelas, di
masjid sekolah dan tempat strategis
lainnya dengan pojok baca, lapak baca dan sejenisnya. Terdapat kendala ketika program ini
dijalankan, yaitu tercecernya buku.
Solusinya dengan pencatatan yang baik untuk tiap buku yang keluar dari
perpustakaan. Pelacakan buku perminggu
juga dapat meminimalisir kehilangan.
Gambar 2. Pojok baca
mendekatkan peserta didik dengan buku. Dimana saja, kapan saja selalu ada buku
yang menanti untuk dibaca
2. Hunting buku murah namun
berkualitas bersama siswa. Kegiatan ini
akan memacu minat siswa pada buku.
Dengan didampingi guru, peserta didik akan lebih terarah dalam memilih
buku bacaannya. Tanpa pendampingan,
bukan tidak mungkin peserta didik memilih buku yang kurang mendidik dan
membahayakan tumbuh kembangnya.
Gambar 3. Memburu buku murah
berkualitas pada bazaar buku dan berbagai pameran buku
(Islamic Book Fair menjadi
kunjungan rutin untuk meningkatkan kecintaan peserta didik pada buku)
3.
Pembentukan Organisasi Perpustakaan
Kelas.
Perpustakaan
kelas merupakan kepanjangan tangan dari perpustakaan sekolah sekaligus ujung
tombak pelaksanaan kegiatan literasi sekolah.
Tugas
dari pustakawan kelas antara lain:
- meminjam buku perpustakaan sejumlah siswa
dalam kelas
- mengabsen kegiatan membaca harian 15 - 30
menit
- membagikan buku bacaan dan buku ringkasan
hasil baca dalam kegiatan mingguan
readathon 42 menit
- menarik kembali buku bacaan dan ringkasan
hasil baca
- mengontrol keberadaan dan kondisi buku
- menggilir bahan bacaan pada peserta didik
- mengembalikan buku ke perpustakaan
Dengan
dibekali pembukuan dan kontroling yang intensif, perpustakaan kelas juga
melatih peserta didik tentang keperpustakaan sederhana.
C. PROGRAM LITERATIF UNGGULAN
Sebagaimana termaktub
dalam QS Iqro ayat 1-5, perintah tersirat dan tersurat dari kegiatan literasi
ada beberapa tahap, yaitu membaca, menulis dengan kalam dan mengajarkan kembali
ilmu yang telah diperolehnya melalui perantaraan kalam (pena). Sebagai tujuan akhirnya mendekatkan manusia
pada Sang Khalik dengan selalu mengingat
kenikmatan dariNya sebagai tanda kesyukuran.
Memaknai literasi dengan
utuh akan menumbuhkan kesadaran bahwa literasi seolah menjadi pondasi, akar
dari segala perintah, tidaklah mengherankan bila perintah pertama yang turun
pada Rasululloh SAW adalah iqro (bacalah).
Program literasi
unggulan yang sangat mungkin dibudayakan di sekolah, yaitu:
1.
Pembiasaan membaca minimal 15 menit
perhari. Program ini menjadi target
minimum pembiasaan. Makin lama makin
bagus hingga terasa benar bahwa makin lama kita membaca, makin terasa
manfaatnya.
2.
Pembiasaan membaca senyap tanpa
aktivitas apapun untuk seluruh warga sekolah tanpa kecuali. Lama waktunya 42 menit dan 15 menit untuk menulis hasil membaca dalam bentuk ringkasan ataupun
review.
3.
Pembiasaan menulis dengan meringkas,
mereview dan menulis pada majalah dinding.
4.
Presentasi hasil membaca untuk berbagi
pengetahuan hasil baca dan melatih komunikasi di depan umum. Presentasi ini bisa dilakukan dalam diskusi
kelompok ataupun pada kegiatan khusus seperti upacara bendera.
Gambar 4: Kegiatan komunikasi literatif: diskusi, debating
dan orasi, membiasakan peserta didik bicara di depan umum
5.
Pembiasaan
berkomunikasi di depan umum lainnya seperti munaqosah (debating) dan muhadhoroh
(orasi). Kemampuan berdebat dan orasi
sangat erat kaitannya dengan wawasan peserta didik. Salah satu yang dapat meningkatkan wawasan
adalah kegiatan membaca.
E. KEGIATAN
APLIKATIF PRODUKTIF
Ilmu
dikatakan berkah bila kebaikanan manfaatnya makin dapat dinikmati orang
banyak. Ilmu bermanfaat adalah ilmu yang
diamalkan atau diaplikasikan baik berupa transfer ilmu atau transfer ilmu
menjadi praktik. Sekolah memiliki ruang
yang cukup leluasa untuk siswa mempraktikan hasil bacanya terutama untuk bahan
bacaan aplikatif prosedural. Penjadwalan
kegiatan praktik hasil baca bisa dilakukan melalui ekskul ataupun pembelajaran
prakarya.
Sebagaimana menarik bahan literature ke
dalam praktik, praktik pun dapat ditransformasi kembali dalam bentuk
literatur. Bukankah kedua hal ini sangat
baik untuk dipadukan?
Gambar 5. Mewadahi siswa dalam sanggar atau workhop.
Menarik praktik dalam literasi dan mempraktikan literasi (Sanggar Handicraft
Bambu Qurata’ain di TPAIT-SMP-SMA-Nurul Amanah)
Dari semua ikhtiar pembudayaan
literasi, sesuatu yang tidak kalah penting adalah kesungguhan praktisi
literasi, pembudaya literasi untuk senantiasa memohon keberkahan daya dan
upaya. Sesungguhnya tiada daya upaya
selain atas izinNya. Doa menjadi kunci utama.
Semoga Indonesia terpilih untuk menjadi negeri unggul dengan generasi
emasnya yang literat.