Senin, 18 November 2024

IMPIAN PENUH KENANGAN

IMPIAN PENUH KENANGAN

 Oleh: Farel

Kemenangan Tim Bulutangkis SMPN III di tingkat provinsi tahun lalu memberikan semangat yang tak pernah padam pada peserta ekskul olah raga khususnya pecinta bulutangkis.  Demikian juga Pak Ma’ruf guru olahraga mereka makin intens melatih siswa calon peserta O2SN.

"Sekarang Bagas tanding sama Andika.  Untuk penentuan service pertama kalian suit, ya!" tutur Pak Ma'ruf mengawali latihan mereka kali ini.

Setelah mengulang beberapa kali suit karena jari yang mereka ajukan sama akhirnya Bagas mendapat kesempatan service pertama.

Kok pertama yang dilambungkan Bagas berhasil dikembalikan Andika dengan sempurna. Saling pengembalikan bola berakhir dengan smash Bagas yang tajam dan menuju sudut kanan lapangan, tak dapat dikembalikan Andika, bola masih di Bagas.

Begitulah keseruan latihan mereka, hingga Bagas memenangkan pertandingan dengan  poin 21-14 dan 21-17 untuk Bagas.

Dari luar lapangan Aditya, Sauqi, dan Bagus asyik melihat pertandingan dengan analisa dalam batin mereka masing-masing.

"Dari pertandingan ini, Bagas akan jadi saingan beratku.  Tapi bukan aku kalau menyerah.  Tangan dan jangkauan langkah Bagas yang pendek harus dihadapi dengan shoot yang menyudut," batin Aditya menganalisa

Giliran selanjutnya pertandingan Sauqi dan Bagus.  Kali ini cukup permainan berlangsung alot. Tiga set berlangsung dan akhirnya dimenangkan oleh Sauqi meskipun kemenangannya tipis 21-19, 16-21 dan 21-18.

Hasil yang dapat disimpulkan dari latihan kali ini Bagas unggul disusul Sauqi, Bagus, Aditya dan terakhir Andika.

"Kalian terus kompak dalam berlatih.  Masih ada lima hari persiapan untuk menentukan siapa wakil sekolah ke tingkat kabupaten."

Di antara kelima siswa yang punya passion dalam bulu tangkis, terlihat Andika yang paling tidak puas dengan posisinya sebagai yang paling rendah.

Ia terus berlatih bersama kakaknya di rumah.  Tidak cukup dengan latihan di sekolah, ia sangat berambisi untuk menyusul posisi Sauqi dan Bagas.

Tiba-tiba terlintas pada benak Andika untuk menghasut Sauqi dan Aditya agar dua saudara kembar itu gagal lolos seleksi sekolah.

"Aditya, kamu sebenarnya lebih pantas untuk mewakili sekolah kita beberapa kali dalam latihan kau bisa mengungguli Bagas tapi kenapa posisi kamu keempat hanya gara-gara kondisimu yang kurang fit sore tadi?" Pesan chat wa Andika masuk ke akun Aditya.

Andika tidak puas menghasut Aditya, kini ia pun mengirim chat ke Sauqi.

"Pertandingan kamu sore tadi hebat, Sauqi.  Tapi tetap Bagas Bagus akan menjadi batu sandungan kamu buat lolos seleksi."

Sauqi tampak enggan buat menanggapi chat Andika. Sifat kalem dan dewasanya selalu menjadi pendingin konflik di antara sesama siswa.

Berbeda dengan Aditya, chat Andika membuat mereka saling berbalas chat dan merencanakan manufer rahasia.

Sementara itu, Bagas melatih Bagus agar saudara kembarnya ini dapat menyusul posisi Sauqi.  Mereka tidak pernah mengira ada rencana busuk sedang mengancam kesempatan mereka menjadi yang terbaik.

“Seleksi terakhir akan kita lakukan besok,” chat notifikasi wa dari Pak Ma’ruf masuk ke grup Persiapan O2SN.  Aditya yang pertama kali membuka chat itu langsung merakit ide di kepalanya untuk menggagalkan Bagas dan Bagus.  Kehebohan pun terjadi keesokan harinya di sekolah.

Andika mengendap-endap pada jam pelajaran terakhir di area parkiran motor.  Paku ditangannya siap menancap di kedua ban motor Bagas dan Bagus.  Clikungan Andika menunggu kesempatan agar rencana busuknya tidak diketahui orang lain.

“Nah, aku berhasil menggagal kalian, Bagas, Bagus.”  Andika menyeringai puas melancarkan makarnya.

Segera Andika membuang dua paku tajam ke tong sampah dan bergegas kembali ke kelas.  Andika tak sabar dengan peristiwa yang akan terjadi saat mereka akan berangkat menuju GOR Bambu Runcing.

Andika dan Aditya bergegas menuju tempat parkir dan sengaja mendahului Bagas, Bagas dan Sauqi.  Mereka berencana latihan lebih dulu supaya memenangkan seleksi terakhir.  Sesekali Andika yang membonceng menoleh ke belakang.  Ia penasaran apa yang terjadi pada Bagas dan Bagus.  Terlihat dari kejauhan dua orang sedang menuntun motornya.  Senyum puas tersemat pada bibir Andika.

“Hah…hah…lelah juga ya latihan sore ini.  Hari ini panas pol,” keluh Andika.  “Aku minum dulu, ya, Dit.”

Saat Andika menuju tas ransel yang disimpannya di tepi lapangan, tiba-tiba ia dikejutkan tiga sosok rival mainnya.  Matanya melotot sebesar bola pingpong.

“Hai, kawan, rupanya kalian udah duluan.  Tadinya aku berniat mau barengan.  Pak Dargo mau nungguin kita berlatih sampai malam.”  Ternyata  Sauqi minta waktu supir ayahnya untuk menemaninya latihan sekaligus seleksi terakhir sore ini.  Sauqilah yang mengajak Bagas dan Bagus setelah mereka menuntun sepeda motor mereka menuju bengkel.

Seleksi berjalan normal di antara  mereka berlima.  Andika dipenuhi penyesalan.  Dalam hatinya berjanji, ia akan berkata jujur dan meminta maaf pada Bagas dan Bagus.

 


IMPIAN PENUH KENANGAN

IMPIAN PENUH KENANGAN  Oleh: Farel Kemenangan Tim Bulutangkis SMPN III di tingkat provinsi tahun lalu memberikan semangat yang tak perna...