IMPIAN PENUH KENANGAN
Kemenangan
Tim Bulutangkis SMPN III di tingkat provinsi tahun lalu memberikan semangat
yang tak pernah padam pada peserta ekskul olah raga khususnya pecinta
bulutangkis. Demikian juga Pak Ma’ruf
guru olahraga mereka makin intens melatih siswa calon peserta O2SN.
"Sekarang
Bagas tanding sama Andika. Untuk
penentuan service pertama kalian suit, ya!" tutur Pak Ma'ruf mengawali
latihan mereka kali ini.
Setelah
mengulang beberapa kali suit karena jari yang mereka ajukan sama akhirnya Bagas
mendapat kesempatan service pertama.
Kok
pertama yang dilambungkan Bagas berhasil dikembalikan Andika dengan sempurna.
Saling pengembalikan bola berakhir dengan smash Bagas yang tajam dan menuju
sudut kanan lapangan, tak dapat dikembalikan Andika, bola masih di Bagas.
Begitulah
keseruan latihan mereka, hingga Bagas memenangkan pertandingan dengan poin 21-14 dan 21-17 untuk Bagas.
Dari
luar lapangan Aditya, Sauqi, dan Bagus asyik melihat pertandingan dengan
analisa dalam batin mereka masing-masing.
"Dari
pertandingan ini, Bagas akan jadi saingan beratku. Tapi bukan aku kalau menyerah. Tangan dan jangkauan langkah Bagas yang
pendek harus dihadapi dengan shoot yang menyudut," batin Aditya
menganalisa
Giliran
selanjutnya pertandingan Sauqi dan Bagus.
Kali ini cukup permainan berlangsung alot. Tiga set berlangsung dan
akhirnya dimenangkan oleh Sauqi meskipun kemenangannya tipis 21-19, 16-21 dan
21-18.
Hasil
yang dapat disimpulkan dari latihan kali ini Bagas unggul disusul Sauqi, Bagus,
Aditya dan terakhir Andika.
"Kalian
terus kompak dalam berlatih. Masih ada
lima hari persiapan untuk menentukan siapa wakil sekolah ke tingkat
kabupaten."
Di antara
kelima siswa yang punya passion dalam bulu tangkis, terlihat Andika yang paling
tidak puas dengan posisinya sebagai yang paling rendah.
Ia
terus berlatih bersama kakaknya di rumah.
Tidak cukup dengan latihan di sekolah, ia sangat berambisi untuk
menyusul posisi Sauqi dan Bagas.
Tiba-tiba
terlintas pada benak Andika untuk menghasut Sauqi dan Aditya agar dua saudara
kembar itu gagal lolos seleksi sekolah.
"Aditya,
kamu sebenarnya lebih pantas untuk mewakili sekolah kita beberapa kali dalam
latihan kau bisa mengungguli Bagas tapi kenapa posisi kamu keempat hanya
gara-gara kondisimu yang kurang fit sore tadi?" Pesan chat wa Andika masuk
ke akun Aditya.
Andika
tidak puas menghasut Aditya, kini ia pun mengirim chat ke Sauqi.
"Pertandingan
kamu sore tadi hebat, Sauqi. Tapi tetap
Bagas Bagus akan menjadi batu sandungan kamu buat lolos seleksi."
Sauqi
tampak enggan buat menanggapi chat Andika. Sifat kalem dan dewasanya selalu
menjadi pendingin konflik di antara sesama siswa.
Berbeda
dengan Aditya, chat Andika membuat mereka saling berbalas chat dan merencanakan
manufer rahasia.
Sementara
itu, Bagas melatih Bagus agar saudara kembarnya ini dapat menyusul posisi
Sauqi. Mereka tidak pernah mengira ada
rencana busuk sedang mengancam kesempatan mereka menjadi yang terbaik.
“Seleksi
terakhir akan kita lakukan besok,” chat notifikasi wa dari Pak Ma’ruf masuk ke
grup Persiapan O2SN. Aditya yang pertama
kali membuka chat itu langsung merakit ide di kepalanya untuk menggagalkan
Bagas dan Bagus. Kehebohan pun terjadi
keesokan harinya di sekolah.
Andika
mengendap-endap pada jam pelajaran terakhir di area parkiran motor. Paku ditangannya siap menancap di kedua ban
motor Bagas dan Bagus. Clikungan Andika
menunggu kesempatan agar rencana busuknya tidak diketahui orang lain.
“Nah,
aku berhasil menggagal kalian, Bagas, Bagus.”
Andika menyeringai puas melancarkan makarnya.
Segera
Andika membuang dua paku tajam ke tong sampah dan bergegas kembali ke kelas. Andika tak sabar dengan peristiwa yang akan
terjadi saat mereka akan berangkat menuju GOR Bambu Runcing.
Andika
dan Aditya bergegas menuju tempat parkir dan sengaja mendahului Bagas, Bagas
dan Sauqi. Mereka berencana latihan
lebih dulu supaya memenangkan seleksi terakhir.
Sesekali Andika yang membonceng menoleh ke belakang. Ia penasaran apa yang terjadi pada Bagas dan
Bagus. Terlihat dari kejauhan dua orang
sedang menuntun motornya. Senyum puas
tersemat pada bibir Andika.
“Hah…hah…lelah
juga ya latihan sore ini. Hari ini panas
pol,” keluh Andika. “Aku minum dulu, ya,
Dit.”
Saat
Andika menuju tas ransel yang disimpannya di tepi lapangan, tiba-tiba ia
dikejutkan tiga sosok rival mainnya.
Matanya melotot sebesar bola pingpong.
“Hai,
kawan, rupanya kalian udah duluan.
Tadinya aku berniat mau barengan.
Pak Dargo mau nungguin kita berlatih sampai malam.” Ternyata
Sauqi minta waktu supir ayahnya untuk menemaninya latihan sekaligus seleksi
terakhir sore ini. Sauqilah yang
mengajak Bagas dan Bagus setelah mereka menuntun sepeda motor mereka menuju
bengkel.
Seleksi
berjalan normal di antara mereka
berlima. Andika dipenuhi
penyesalan. Dalam hatinya berjanji, ia
akan berkata jujur dan meminta maaf pada Bagas dan Bagus.